Rabu, 05 Oktober 2011

pengertian dan ruang lingkup study sosial

pengertian dan ruang lingkup study sosial

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya.[rujukan?] Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
  • 1842: Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi.[rujukan?] Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial.[rujukan?] Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.[rujukan?] Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi.[rujukan?] Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa).[rujukan?] Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.[rujukan?]
  • Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis.[rujukan?] Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
  • 1876: Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
  • Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.
  • Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.
  • Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology.

Pokok bahasan sosiologi

Pokok bahasan sosiolgi ada empat: 1. Fakta sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut.[rujukan?]
Contoh, di sekolah seorang murid diwajidkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam, dan bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan ke dalam sebuah aturan dan memiliki sanksi tertentu jika dilanggar. Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang ada di luar individu (sekolah), yang bersifat memaksa dan mengendalikan individu (murid).
2. Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.[rujukan?]
Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.
3. Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia.[rujukan?] Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah persmasalahan (troubles) dan isu (issues). Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi. Isu merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.
Contoh, jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu adalah masalah. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran tersebut merupakan isu, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.
4. Realitas sosial adalah penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi

Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu telah memenuhi semua unsur ilmu pengetahuan. Menurut Harry M. Johnson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut.[1]
  • Empiris, yaitu didasarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulasi (menduga-duga).
  • Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.
  • Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.
  • Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.
Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut.[2]
  • Sosiologi adalah ilmu sosial karena yang dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan.
  • Sosiologi termasuk disiplin ilmu normatif, bukan merupakan disiplin ilmu kategori yang membatasi diri pada kejadian saat ini dan bukan apa yang terjadi atau seharusnya terjadi.
  • Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) dan ilmu pengetahuan terapan.
  • Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret. Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri.
  • Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.
  • Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut metode yang digunakan.
  • Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang ada pada interaksi antara manusia.

Kegunaan Sosiologi

Kegunaan Sosiologi dalam masyarakat,antara lain:
Sosiologi berguna untuk memberikan data-data sosial yang diperlukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembangunan
Tanpa penelitian dan penyelidikan sosiologis tidak akan diperoleh perencanaan sosial yang efektif atau pemecahan masalah-masalah sosial dengan baik

Objek Sosiologi

Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek.[3]
Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.
Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.
Objek budaya salah satu faktor yang dapat memengaruhi hubungan satu dengan yang lain.
Pengaruh dari objek dari agama ini dapat menjadi pemicu dalam hubungan sosial masyarakat.dan banyak juga hal-hal ataupaun dampak yang memengaruhi hubungan manusia.

Ruang Lingkup Kajian Sosiologi

Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada bidangnya dengan cara bervariasi.[4] Misalnya seorang sosiolog mengkaji dan mengamati kenakalan remaja di Indonesia saat ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan alternatif pemecahan masalah tersebut. Hampir semua gejala sosial yang terjadi di desa maupun di kota baik individu ataupun kelompok, merupakan ruang kajian yang cocok bagi sosiologi, asalkan menggunakan prosedur ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas dari ilmu sosial lainnya.[5] Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok di lingkugan masyarakat. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut jika dirincikan menjadi beberapa hal, misalnya antara lain:[6]
  • Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumber-sumber kekayaan alam;
  • Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian, berkaitan dengan apa yang dialami warganya;
  • Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat, dan sebagainya.
Sosiologi menggabungkan data dari berbagai ilmu pengetahuan sebagai dasar penelitiannya. Dengan demikian sosiologi dapat dihubungkan dengan kejadian sejarah, sepanjang kejadian itu memberikan keterangan beserta uraian proses berlangsungnya hidup kelompok-kelompok, atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari kelompok manusia. Sebagai contoh, riwayat suatu negara dapat dipelajari dengan mengungkapkan latar belakang terbentuknya suatu negara, faktor-faktor, prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara di masa yang akan datang. Sosiologi mempertumbuhkan semua lingkungan dan kebiasaan manusia, sepanjang kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia dan dapat memengaruhi pengalaman yang dirasakan manusia, serta proses dalam kelompoknya. Selama kelompok itu ada, maka selama itu pula akan terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar, mekanisme, masalah, dan perkembangan sifat kelompok tersebut. Semua faktor tersebut dapat memengaruhi hubungan antara manusia dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi.

Perkembangan sosiologi dari abad ke abad

Perkembangan pada abad pencerahan

Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan kemunduran.
Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di abad pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya. Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum terpikirkan pada masa ini.
Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai tampak di abad ini. Para ahli di zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia.

Pengaruh perubahan yang terjadi di abad pencerahan

Perubahan-perubahan besar di abad pencerahan, terus berkembang secara revolusioner sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat struktur masyarakat lama berganti dengan struktur yang lebih baru. Hal ini terlihat dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat.

Gejolak abad revolusi

Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangasawan dan kaum Rohaniwan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.
Revolusi Perancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas
Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini.
Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan besar dalam masyarakat. Artinya :
  • Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja, melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.
  • Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta masuk akal.
  • Dengan metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah dapat dicegah.

Kelahiran sosiologi modern

Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).
Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar masyarakat pun tak terelakkan.
Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern.
Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.

 Ilmu alamiah adalah ilmu yang mempelajari tentang alam, yang berhubungan lingkungan alam seperti fisika, kimia, biologi,astronomi, botani dll.
2. Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari sosial manusia di lingkungan sekitar seperti sosiologi, ekonomi, politik, antropologi sejarah, psikologi, geogrofi dll.
3. Ilmu budaya adalah ilmu yang mempelajari adat istiadat atau kebiasaan hidup manusia di suatu wilayah seperti bahasa, agama, kesusastraan, kesenian dll.

Dari perkembangan ilmu sosial timbul paham study sosial yang disebut ilmu pengetahuan sosial. IPS adalah bidang studi yang merupakan paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial. Yang termaksud pada pelajaran IPS, yaitu geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi dll.

ISD adalah gabungan dari disiplin ilmu sosial yang digunakan dalam pendekatan dan pemecahan masalah sosial yang ada di lingkungan sekitar kita. ISD memberikan dasar – dasar pengetahuan tentang konsep untuk mengkaji gejala sosial.

2. Latar belakang ilmu sosial dasar

Latar belakang diberikannya mata kuliah ISD di perguruan tinggi, karena :

1. Banyaknya kritik yang ditunjukkan pada sistem pendidikan di perguruan tinggi bahwa sistem pendidikan yang diberikan masih berbau kolonial dan warisan sistem pendidikan pemerintah Belanda. Yang pendidikannya bertujuan untuk menghasilkan tenaga terampil untuk menjadi tukang yang mengisi birokrasi mereka.
2. Sistem pendidikannya masih tidak mengenali dimensi – dimensi lain di luar disiplin keilmuannya. Perguruan tinggi dianggap seolah – olah tidak peka terhadap lingkungan sekitarnya sertak perkembangan masyarakat.

Sedangkan tenaga ahli yang dihasilkan oleh perguruan tinggi diharapkan mempunyai tiga kemampuan, yaitu personal, akademis dan profesional.

1. Kemampuan personal

Tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga menunjukkan sikap yang mencerminkan kepribadian Indonesia, mengenal dan memahami nilai agama, masyarakat, pancasila serta pandangan luas terhadap berbagai masalah masyarakat Indonesia.

1. Kemampuan akademik

Kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah baik lisan maupun tulisan dan mampu berpikir logis, kritis, sistematis dan analitis. Memiliki kemampuan untuk mengedintifikasi dan merumuskan masalah yang sedang dihadapi.

1. Kemampuan profesional

Kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. Dan mereka diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi dalam profesinya.

1. Ilmu sosial dasar sebagai komonen MKDU

Diantara 3 kemampuan diatas yang diharapkan untuk dimiliki oleh mahasiswa sebagai calon tenaga ahli adalah kemampuan personal dan ditanamkan pada mata kuliah dasar umum. MKDU bertujuan untuk memperluas pengetahuan agar mahasiswa tidak terbatas pada bidang keahlian masing – masing, tetapi dapat membantu dirinya sendiri dan menempatkan diri dalam perkembangan masyarakat. MKDU terdiri dari 6 mata kuliah, yaitu :

1. Agama
2. Pancasila
3. Kewiraan
4. Ilmu alamiah dasar
5. Ilmu sosial dasar
6. Ilmu budaya dasar

Tujuan ilmu sosial dasar adalah membantu perkembangan pikir mahasiswa dan kepribadian agar memperoleh wawasan yang lebih luas dan ciri kepribadian yang diharapkan dari setiap golongan terpelajar Indonesia

4. Ruang lingkup pembahasan

Ada 2 masalah yang dipakai sebagai pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup pembahasan mata kuliah ISD.

1. Berbagai aspek yang merupakan suatu masalah sosial yang dapat ditanggapi dengan pendekatan sendiri atau pendekatan gabungan antar bidang.
2. Adanya keragaman golongan dan kesatuan sosial lain dalam masyarakat.

Berdasarkan ruang lingkup di atas masih perlu penjabaran untuk bisa dioperasionalkan ke pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Yaitu :

1. Mempelajarai adanya berbagai masalah kependudukan dan hubungan dengan perkembangan masyarakat dan kebudayaan.
2. Mempelajari adanya masalah individu dan masyarakat.
3. Mengkaji masalah kependudukan dan sosialisasi.
4. Mempelajari hubungan antar warga negara dan negara.
5. Mempelajari hubungan antara pelapisan sosial dan persamaan derajat.
6. Mempelajari masalah yang dihadapi masyarakat pedesaan.

5. Masalah sosial dan ilmu sosial dasar

Masalah yang dihadapi tidaklah sama, disebabkan karena perbedaan tingkat perkembangan kebudayaan masyarakat dan keadaan lingkungan alam. Masalah tersebut dapat berupa sosial, politik, moral dll. Yang membedakan masalah ini ada hubungannya dengan nilai moral dan pranata sosial.

1. Menurut masyarakat, segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umumadalah masalah sosial.
2. Menurut para ahli, suatu kondisi yang terwujud dalam masyarakat berdasarkan atas studi, mempunyai sifat yang menimbulkan kekacauan.

Masalah sosial muncul sejak peradaban manusia karena dianggap mengganggu kesejahteraan hidup. Dan membuat masyarakat untuk mengedintifikasi, menganalisa cara untuk mengatasinya.

ISD menyajikan pemahaman mengenai hakikat manusia sebagai makhluk sosial dan masalahnya dengan menggunakan kerangka pendekatan. Dengan menggunakan kacamata obyektif berarti, konsep dan teori yang berhubungan dengan hakikat manusia dan masalahnya telah dikembangkan dalam ilmu sosial dan digunakan. Sedangkan menurut kacamata subyektif masalah yang dibahas akan dikaju menurut perspektif masyarakat yang bersangkutan.
Social sciences diverge from the humanities in that many in the social sciences emphasise the scientific method or other rigorous standards of evidence in the study of humanity, including qualitative methods.


PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN STUDI INTERVENSI SOSIAL
Sosialisasi
  1. Proses sosialisasi dialami oleh setiap warga masyarakat.
  2. Manusia mengalami proses belajar untuk menjadi dewasa dan tumbuh berkembang menjadi warga masyarakat yang mampu bertindak yang pantas, sesuai dengan nilai-nilai dan norma sosial yang ada seperti yang ditetapkan oleh masyarakat, dan yang berlaku di lingkungan budaya tertentu dalam lingkungan budaya bangsa tertentu.
  3. unsur-unsur budaya diteruskan dari satu generasi ke geneasi berikutnya sehingga nilai-nilai dan norma yang luhur dilestarikan dan mewarnai pembentukan pribadi warga masyarakatnya.
  4. seseorang warga masyarakat akan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang berbeda dan bahkan unik; tidak ada dua orang yang berpribadi sama betul (identik) di dunia ini.
  5. proses sosialisasi berlangsung sepanjang hayat sehingga perkembangan pribadi seseorang tidak terhenti pada usia sekolah tetapi terus berlangsung sampai menjelang akhir hayatnya. Seseorang masih selalu dapat berubah menuju yang lebih baik sampai pada usia tua.
Fungsi Sosial
  1. Proses sosialisasi telah memungkinkan seseorang tumbuh dan berkembang menjadi orang dewasa yang dapat menjalankan:
    1. berbagai peranan sosialnya sesuai dengan kedudukan sosial yang dicapainya dalam bermacam lingkungan sosial di mana dia menjadi warganya;
    2. kemampuan menjalankan multi status dan multi peranan tersebut dibentuk melalui proses pembelajaran di lingkungan budaya di mana nilai-nilai dan norma-norma sosial berlaku di lingkungan tersebut.
  2. Kemampuan untuk menjalankan multi peranan dalam bermacam kedudukan sosial, sesuai dengan tuntutan lingkungannya, menunjukkan keberfungsian sosial manusia. Di samping itu keberfungsian sosial juga mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggungannya.
    1. Kebutuhan dasar manusia itu mencakup aspek-aspek kebutuhan (1) fisik; (2) pengembangan diri; (3) emosional; dan (4) konsep diri yang memadai.
    2. Maslow menggunakan jenjang-jenjang kebutuhan
  3. Perkembangan diri yang optimal ditandai oleh karakteristik yang berjenjang tinggi, seperti (i) penerimaan terhadap dirinya sendiri, orang lain, dan alam; (ii)mengupayakan keadilan, kebenaran, ketertiban, kesatuan dan keindahan; (iii) memiliki kemampuan mengatasi masalah; (iv) mandiri; (v) kaya akan respon emosional; (vii) memiliki relasi antarmanusia yang memuaskan dan berkembang; (viii) kreatif; dan (ix) memiliki dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral.
Intervensi Sosial
Kita akan membahas tentang pengertian intervensi, yang terkait dengan upaya membantu manusia yang mengalami gangguan internal dan eksternal yang menyebabkan orang tidak dapat menjalankan peranan sosialnya dengan baik.
  1. Dalam kehidupan manusia, pada suatu ketika ia pernah mengalami sebuah gangguan keberfungsion sosial karena:
    1. ia mengalami gangguan kesehatan, kedukaan yang berat, penderitaan lain sebagai akibat bencana alam, dan sebagainya.
    2. ada kebutuhannya yang tidak dapat dipenuhi, misalnya tidak memperoleh kasih sayang yang memadai dari orang tuanya, tidak dapat memperoleh makanan yang cukup bergizi karena kemiskinan orangtuanya, tidak memperoleh pekerjaan karena mengalami kelumpuhan akibat dari polio, dan sebagainya.
    3. banyak frustrasi dan kekecewaan yang dialami dalam kehidupannya yang tidak pernah diatasi, dan tidak memperoleh cukup pengalaman untuk mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri terhadap berbagai situasi lingkungannya.
  2. Seseorang, atau keluarga, atau kelompok atau masyarakat yang mengalami gangguan keberfungsian sosial tersebut perlu dibantu dengan melakukan intervensi, yaitu yang dimaksudkan untuk mengadakan perubahan pada mereka yang mengalami gangguan tersebut, atau juga pada situasi yang menimbulkan gangguan. Intervensi semacam ini bertujuan:
    1. memulihkan keberfungsian sosial kelayan, atau mereka yang dibantu;
    2. mengatasi dan mencegah timbulnya masalah;
    3. mencapai perbaikan sosial masyarakat.
  3. Intervensi dapat dikategorikan menurut pendekatan mikro (pelayanan atau bantuan langsung berdasarkan penanganan kasus demi kasus); mezzo (pelayanan atau bantuan bagi keluarga dan kelompok kecil) dan makro (mengupayakan perbaikan dan perubahan tata kehidupan masyarakat). Penerapan pendekatan yang beragam tersebut bergantung pada sasaran intervensi yang dituju.

FALSAFAH INTERVENSI SOSIAL (PRINSIP DASAR DAN RELASI)

Falsafah Intervensi Sosial (Prinsip Dasar dan Relasi)
  1. Falsafah intervensi sosial adalah pandangan yang dijiwai oleh nilai-nilai masyarakat tentang konsepsi dan produk manusia, dan yang dapat dijadikan alat bantu untuk menjadi pedoman perlakuan terhadap manusia. Nilai-nilai tersebut menjadi konsep-konsep dasar untuk diterapkan dalam praktik intervensi sosial.
  2. Intisari dari falsafah intervensi sosial tersebut berkisar pada tiga kelompok nilai-nilai berikut:
    1. memperhatikan hakikat seorang manusia yang memiliki martabat, harga diri, rasa tanggung jawab dan berpotensi untuk berkembang sepanjang hayatnya.
      • manusia membutuhkan dirinya menjadi bagian dari lingkungannya, dan berkeinginan untuk berinteraksi dengan komunitas.
      • terdapat kebutuhan yang umum pada setiap orang, namun manusia itu unik dan berbeda dari yang lain.
    2. memperhatikan kewajiban masyarakat terhadap warganya.
      • Masyarakat berkewajiban untuk menyediakan kesempatan untuk pertumbuhan dan perkembangan, dan menyediakan sumber dan layanan bantuan untuk menolong warganya dalam mencukupi kebutuhannya dan untuk mencegah terjadinya masalah sosial.
      • Warga diberi kesempatan yang sama untuk menerima tanggung jawab sosial dan berpartisipasi dalam memberikan corak perkembangan masyarakat.
    3. tatanan yang mengatur perlakuan terhadap individu. Seorang individu selayaknya diperlakukan sebagai warga masyarakat yang;
      • unik, bermartabat dan memiliki harga diri, dan memperoleh kesempatan yang sebesar-besarnya untuk menentukan arah hidupnya sendiri,
      • didorong dan dibantu agar berinteraksi dengan orang lain sehingga menjadi lebih peka dan responsif terhadap kebutuhan orang lain.

Prinsip_prinsip Dasar Intervensi Sosial
Bertitik tolak dari pandangan bahwa seorang kelayan adalah individu yang unik, yang dapat mengambil keputusan bagi dirinya sendiri, dan intervensi sosial itu merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial masyarakat, intervensi sosial itu dilaksanakan berlandaskan pada prinsip-prinsip dasar berikut:
    1. akseptans; prinsip ini memberikan tuntunan kepada penyantun agar pada pertemuan awal dengan kelayan dia dapat memahami bentuk penampilan kelayan. Penyantun diharapkan dapat menerima kelayan dengan penampilan apa adanya;
    2. individualisasi; seorang individu berbeda dari individu lainnya karena keunikannya. Karena itu pelayanan (bantuan) terhadap seorang kelayan harus disesuaikan dengan keunikannya tersebut;
    3. komunikasi; ada dua macam bentuk komunikasi, yang verbal dan non verbal. Kedua bentuk komunikasi itu bersifat komplementer dan penyantun berkewajiban untuk merekam bentuk non verbal sebaik-baiknya karena informasi yang diperolehnya akan memperlengkapi informasi yang disampaikan secara verbal;
    4. partisipasi; pada akhir dari proses bantuan kelayan diharapkan dapat pulih keberfungsian sosialnya. Untuk mencapai kemampuan itu kelayan dilatih secara bertahap untuk berpartisipasi dalam kegiatan memecahkan masalahnya sendiri;
    5. rahasia jabatan; sesuai dengan etika profesi yang dianut penyantun berkewajiban untuk tetap merahasiakan segala informasi mengenai identitas kelayan dan permasalahannya, sebagai wujud dari prinsip memegang rahasia jabatan;
    6. self-awareness; prinsip ini mengingatkan kepada penyantun bahwa ia adalah manusia biasa, yang memiliki kelemahan dan kekuatan. Dalam menjalankan tugasnya penyantun diharapkan tidak menjadi sombong ataupun takabur, tetapi berpegang pada deskripsi tugasnya.

Relasi Interventif
Intervensi sosial, yang dikaitkan dengan prinsip-prinsip dasar intervensi sosial.
Relasi interventif yang juga disebut sebagai relasi bantuan mempunyai ciri-ciri khas sebagai berikut:
  1. sebagai media di mana pengetahuan mengenai sifat manusia dan mengenai individu itu dimanfaatkan oleh penyantun untuk membantu kelayan mengatasi masalahnya;
  2. sebagai saluran dari keseluruhan proses intervensi sosial, yang dilandasi dengan prinsip-prinsip dasar relasi yang dikembangkan dari kebutuhan insani kelayan;
  3. merupakan salah satu jenis relasi antar personal, di mana penyantun dan kelayan berkedudukan sama, yang berbeda adalah fungsi dan peranannya;
  4. dalam relasi interventif, seorang penyantun menampilkan empati, sehingga ia tidak hanyut pada masalah kelayan;
  5. relasi interventif bersifat dinamis, di mana interaksi aktif di antara penyantun dan kelayannya memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan positif pada kedua pihak;
  6. relasi bantuan digunakan untuk memobilisasikan kemampuan dan sumber untuk penyesuaian yang lebih baik antara kelayan dengan lingkungannya;
  7. relasi intervensi memungkinkan terjadinya proses saling mempengaruhi, menuju kepada perubahan yang positif.

MASALAH SOSIAL DAN PERUBAHAN BERENCANA
Masalah Sosial
  1. Masalah sosial akan terjadi apabila keberfungsian sosial seorang individu menjadi tidak efektif untuk memenuhi tuntutan lingkungan dan karena bermacam kebutuhan individu tidak dapat dipenuhi.
  2. Sebuah masalah sosial dipersepsikan berbeda oleh kelayan, yang memandangnya secara emosional dan subjektif, sedangkan penyantun atau pihak yang membantu memandang masalah tersebut secara lebih rasional dan objektif.
  3. Beberapa karakteristik masalah sosial yang perlu diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:
    • seseorang yang mengalami sebuah masalah yang sama untuk masa waktu yang lama akan menyebabkan orang tersebut tidak merasa bermasalah;
    • masalah yang tidak diatasi secara tuntas dapat menyebabkan timbulnya masalah ikutan lain, sehingga merupakan sebuah mata rantai masalah.
    • mata rantai masalah tersebut dapat dipilahkan menjadi beberapa kategori yang dapat memudahkan pemahaman dan penanganan masalah. Pemilahan tersebut adalah:
      * masalah dasar
      * masalah penyebab
      * masalah pemicu
      * masalah yang mendesak
      * masalah yang harus diselesaikan
  4. Seorang kelayan cenderung memandang masalah yang dialami secara emosional dan subjektif. Oleh karenanya penyantun mengajak kelayan untuk dapat menghadapi masalahnya sebagai sebuah fakta kehidupan, yang dapat dipelajari secara objektif. Memandang masalah secara objektif dan nyata menjadi salah satu tujuan intervensi sosial.
  5. Seseorang yang mengalami masalah berada dalam situasi yang menegangkan (stressful situation) sehingga mekanisme untuk menyesuaikan diri terhadap situasi tersebut menjadi tidak efektif, dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah menjadi sangat menurun, bahkan ada kalanya menjadi “lumpuh”.

Perubahan Berencana
  1. Kajian teori perubahan yang dikemukakan Leslie, Larson, dan Gorman (1973) menyampaikan 4 tipologi perubahan yang dikaitkan dengan tatanan, yakni (i) perubahan siklik; (ii) perubahan pemeliharaan; (iii) perubahan kecenderungan; dan (iv) perubahan terpecah (schismatic change). Kajian tersebut dikaitkannya dengan tatanan, perubahan, waktu dan masyarakat, yang dapat diamati pada kehidupan sehari-hari.
  2. Kajian kedua mengenai perubahan berasal dari Warren G. Bennis yang disajikan dengan membuat paradigma proses perubahan. Paradigma yang dikemukakannya menggunakan dua variabel, yakni pembagian kekuasaan antara dua pihak yang berelasi, dan penetapan tujuan. Dengan menggunakan dua variabel tersebut diperoleh tipologi proses perubahan sebagai berikut:
    1. perubahan berencana, perubahan interaksional, perubahan teknokratik, dan perubahan alam, di mana dua pihak yang berelasi mempunyai kekuasaan yang relatif sama.
    2. perubahan indoktrinasi, perubahan sosialisasi, perubahan koersif dan perubahan emulatif. Kekuasaan satu pihak lebih besar dari pihak yang lain
  3. Hanya perubahan berencana yang mendukung pelaksanaan intervensi sosial karena yang pertama ada pembagian kekuasaan yang sama sehingga kedua pihak berkedudukan sejajar. Yang kedua ada penetapan tujuan yang dilakukan bersama. Jenis perubahan ini cocok untuk membantu kelayan memulihkan keberfungsiannya.
  4. Perubahan berencana, menurut Lippitt dkk. (1958:vi), merupakan perubahan yang diperoleh dari suatu keputusan dengan maksud mempengaruhi perbaikan dalam sistem kepribadian atau sosial, dan yang dicapai dengan bantuan bimbingan profesional.
  5. Lippitt dkk. (1958) menyarankan ditempuh lima tahapan untuk mencapai perubahan berencana, yakni:
    * pengembangan sebuah kebutuhan untuk berubah;
    * menjalin sebuah relasi perubahan;
    * bekerja menuju ke perubahan;
    * generalisasi dan stabilisasi perubahan;
    * mencapai relasi terminal.

PROSES INTERVENSI SOSIAL (ASESMEN)

Proses Intervensi Sosial
  1. Proses intervensi sosial ialah proses pemecahan masalah yang dilaksanakan oleh seorang pekerja sosial bersama dengan kelayan untuk memecahkan masalah keberfungsian sosial yang tidak dapat dilakukan oleh kelayan sendiri tanpa bantuan. Proses ini dikonseptualisasikan sebagai studi, asesmen, perencanaan, tindakan dan terminasi.
    1. Asesmen merupakan bagian penting dalam proses pemecahan masalah, karena PI menggunakan hasil asesmen menjadi dasar untuk perencanaan tindakan intervensi. Asesmen adalah sebuah proses dan produk dari pemahaman terhadap masalah kelayan dalam situasinya yang dijadikan dasar melaksanakan tindakan.
    2. Berbagai karakteristik asesmen perlu dipahami PI karena dengan memahami karakteristik asesmen, PI diperkuat kemampuannya untuk memahami kelayan beserta masalahnya.
  2. Pincus & Minahan menyatakan bahwa asesmen adalah sebuah keterampilan yang harus dimiliki oleh PI. Tujuan asesmen ialah membantu PI untuk (a) memahami dan mengindividualisasikan situasi yang ditanganinya; dan (b) mengidentifikasikan dan menganalisis faktor-faktor yang terkait di dalam situasi khusus dimaksud. Asesmen masalah mencakup langkah-langkah berikut:
    1. Mengidentifikasikan dan merumuskan masalah.
    2. Menganalisis dinamika situasi sosial.
    3. Menetapkan tujuan dan sasaran.
    4. Menetapkan tugas-tugas dan strategi.
    5. Menstabilkan upaya perubahan.
  3. Beberapa karakteristik asesmen yang penting adalah sebagai berikut:
    1. Asesmen itu berkelanjutan.
    2. Ada dua macam fokus dalam asesmen; fokus pertama tertuju pada upaya untuk memperoleh informasi yang benar dan akurat mengenai kelayan dan situasinya. Fokus kedua tertuju pada upaya memperoleh landasan yang kuat untuk menyusun rencana tindakan.
    3. Asesmen merupakan proses timbal balik, yang melibatkan kedua pihak: kelayan dan PI.
    4. Asesmen memungkinkan PI untuk mengadakan penjelajahan horisontal dan vertikal dalam mengkaji informasi mengenai kelayan dan situasinya. Penjelajahan horisontal untuk memperluas spektrum masalah, dan vertikal untuk memperoleh gambaran yang memperdalam mengenai salah satu aspek masalah.
    5. Ada individualisasi dalam asesmen, yang dikembangkan dari kenyataan bahwa setiap individu itu unik dalam sikap, dan perilakuanya.
  4. Compton & Galaway menyatakan bahwa proses pekerjaan sosial (proses intervensi sosial) mencakup tiga tahapan utama yaitu: kontak, kontrak, dan tindakan.

Pemanfaatan Penanggulangan Masalah Dalam Asesmen
  1. Proses penanggulangan masalah merupakan sebuah upaya untuk mengatasi masalah secara rasional, yang berarti bahwa pandangan objektif diterapkan dalam memformulasikan masalah kelayan.
  2. Penanggulangan masalah merupakan kegiatan bersama antara PI dan kelayannya, dengan tujuan agar:
    1. dapat dipulihkan kemampuan dan mekanisme penanggulangan masalah yang dimilikinya;
    2. proses pemecahan masalah dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan asesmen, yang hasilnya akan dikaji ulang bersama dengan kelayan.

    Penanggulangan masalah mencakup:
    1. identifikasi masalah,
    2. perumusan dugaan awal tentang masalah tersebut;
    3. pemilihan dan pengumpulan data;
    4. analisis informasi yang tersedia;
    5. pengembangan sebuah rencana perubahan;
    6. implementasi rencana perubahan; dan
    7. evaluasi pelaksanaan intervensi.
  3. Masalah yang digarap bersama dengan kelayan selalu bersisi ganda, sehingga harus dipelajari masing-masing faktor pencetus masalah dimaksud, yang akan ditetapkan prioritas penanganannya. Di samping itu penetapan prioritas juga terkait dengan nilai strategis dari faktor yang akan digarap terlebih dahulu.
    1. Dalam proses memformulasikan masalah perlu dipertimbangkan formulasi kebutuhan yang dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia (Charlotte Towle), seperti usia dan situasi hidup manusia.
    2. Sewaktu kelayan diwawancarai, perlu diperhatikan bentuk komunikasi yang digunakan: yang verbal dan yang nonverbal. Rasa percaya kelayan kepada PI akan memudahkan kelayan untuk dapat mengungkapkan informasi yang semula tidak terungkap.
    3. PI berkewajiban mengkaji apakah jenis pelayanan yang ada pada lembaga yang diwakilinya, dan yang ada di lembaga lain di masyarakat dapat memenuhi kebutuhan kelayan.
  4. Hambatan yang menyebabkan kelayan tidak dapat memenuhi kebutuhannya harus diidenfikasi oleh PI. Johnson mengajukan pendapat agar hambatan tersebut ditelusuri dengan pandangan keberfungsian sosial. Germain mengidentifikasikan hambatan tersebut melalui tiga situasi kehidupan yang terkait dengan keberfungsian sosial manusia.
    1. Manusia mengalami tahap-tahap perkembangan pribadi yang tidak selalu berjalan lancar. Transisi dari perkembangan biopsikososial manusia disertai dengan perubahan peranan sosial dan ekspektasi.
    2. Perubahan status dari seorang isteri menjadi janda menyebabkan kebutuhannya tidak dapat dipenuhi. Sebaliknya ia dituntut untuk menjalankan peranan sebagai kepala keluarga, pencari nafkah, menjadi bapak sekaligus ibu bagi anak-anaknya.
    3. Ada kalanya seseorang mengalami krisis, di mana ia mengalami ketidakseimbangan dalam kehidupannya sehingga ia mengalami gangguan keberfungsian sosial.
    4. Situasi yang sulit dapat ditimbulkan oleh kegagalan dalam komunikasi dan relasi, baik di lingkungan keluarga maupun di tingkat kehidupan berkomunitas.
    5. Unsur kultural yang dibawa oleh manusia dalam hidupnya dapat menjadi hambatan, terutama pada lingkungan kehidupan berbaur antara orang-orang yang berbeda suku ataupun kebangsaan dan tinggal di perkampungan yang sama.
  5. Formulasi masalah yang dialami kelayan memperhitungkan kebutuhan kelayan yang tidak dipenuhi, hambatan yang mengalami pemenuhan kebutuhan dimaksud, dan faktor-faktor pembentuk hambatan tersebut.

Asesmen Transaksional
  1. Asesmen traksaksional dikerjakan untuk dapat memahami permasalahan perilaku individu, keluarga, kelompok atau masyarakat, yang dipengarahi oleh adanya interaksi-interaksi dengan pihak-pihak lain. Secara khusus asesmen transaksional ini bermanfaat bagi PI dalam mempertimbangkan kemungkinan rencana tindakan beserta kemungkinan pengaruh yang diperkirakan akan timbul pada berbagai sistem yang terlibat dalam situasi yang terkait.
  2. Menurut konsep perspektif ganda (Dolores Norton) seorang individu yang hidup di lingkungan suatu masyarakat selalu menjadi bagian dari dua sistem, yakni:
    1. sistem kemasyarakatan yang berfungsi dengan menganut norma dan nilai-nilai dari kelompok yang dominan dalam kelompok tersebut; dan
    2. sistem yang lebih kecil yang berfungsi dalam lingkungan terdekat dari individu tersebut.
  3. Untuk memperoleh gambaran yang baik mengenai gangguan perilaku seseorang dalam sebuah sistem diperlukan sebuah peta situasi sosial. Dalam peta tersebut dapat dipelajari.
  4. Dalam era pembangunan sekarang ini pihak-pihak yang akan membangun sebuah proyek, seperti bendungan air untuk pembangunan PLTA (pembangkit listrik tenaga air), jalan raya, pembangunan kompleks industri, dan sebagainya. Pihak pengelola proyek perlu membuat asesmen dampak sosial. Pembangunan semacam itu akan menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup besar, yang akan berpengaruh kepada tata kehidupan masyarakat di sekitarnya, dan ada kemungkinan masyarakat tersebut harus dipindahkan ke tempat pemukiman lain.
    1. Akibat dari pembangunan proyek tersebut timbul dampak yang positif atau negatif. Dampak dikatakan positif apabila mendatangkan perbaikan dalam kehidupan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan, kesehatan, dan lain-lain. Dampak dinyatakan negatif jika merugikan, destruktif, dan menghilangkan hak memperoleh kehidupan.
    2. Asesmen dampak sosial dilaksanakan melalui proses:
      1. penyusunan profil (pengidentifikasian individu atau sistem yang akan terkena dampak);
      2. proyeksi proses untuk menyusun deskripsi tentang implikasi dari perubahan dimaksud terhadap sistem-sistem yang terkena dampak;
      3. paparan ialah menyusun analisis mengenai pilihan-pilihan (alternatif) yang ada untuk mencegah dampak negatif yang sudah diidentifikasikan;
      4. mitigasi adalah pemilihan atau penetapan alternatif yang akan diterapkan untuk mencegah atau mengurangi dampak negatif terhadap perubahan yang diusulkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar