Kamis, 20 Oktober 2011

PEMECAHAN MASALAH SOSIAL KEMISKINAN MELALUI PENDEKATAN INTER DAN MULTIDISIPLINER

NURLAELASARI
PKN II A
106111008
STUDY SOSIAL 


Pemecahan masalah social kemiskinan melalui pendekatan interdisipliner dan multidisipliner

1)   Pemecahan masalah inter dan multidisipliner
v  Factor  individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
v  Factor keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;
v  Factor  sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
v  Factor  agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
v  Factor  struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
v  Factor perang, 1. Kelangkaan Kebutuhan Makanan , Kalau pun ada harga kebutuhan tersebut mahal ,. Dendam, sebuah negara yang diserang maupun terserang akan mengalami sebuah dendam baik yang berkepanjangan maupun hanya sementara , Berkurangnya jumlah penduduk
v  Factor social  sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
v  Factor  penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
v  Factor politik, ketidakstabilan factor politik
v  Factor psikologis, malas
v  Factor pendidikan, “Karena bila anak tidak bisa melanjutkan sekolah atau drop out akan mengakibatkan sumber daya manusianya  rendah  dan akan kesulitan dalam mencari pekerjaan                                   

2)  Metoda diagnosa
v  Sebab utama: THE MAIN CAUSES OF POVERTY
v  Sebab tambahan:
v  Sebab pengiring:

  • Dalam politik, perlawanan terhadap kemiskinan biasanya dianggap sebagai tujuan sosial dan banyak pemerintahan telah berupaya mendirikan institusi atau departemen. Pekerjaan yang dilakukan oleh badan-badan ini kebanyakan terbatas hanya dalam sensus dan pengidentifikasian tingkat pendapatan di bawah di mana warga negara dianggap miskin. Penanggulangan aktif termasuk rencana perumahan, pensiun sosial, kesempatan kerja khusus, dll. Beberapa ideologi seperti Marxisme menyatakan bahwa para ekonomis dan politisi bekerja aktif untuk menciptakan kemiskinan. Teori lainnya menganggap kemiskinan sebagai tanda sistem ekonomi yang gagal dan salah satu penyebab utama kejahatan.
  • Dalam hukum, telah ada gerakan yang mencari pendirian "hak manusia" universal yang bertujuan untuk menghilangkan kemiskinan.
  • Dalam pendidikan, kemiskinan memengaruhi kemampuan murid untuk belajar secara efektif dalam sebuah lingkungan belajar. Terutama murid yang lebih kecil yang berasal dari keluarga miskin, kebutuhan dasar mereka seperti yang dijelaskan oleh Abraham Maslow dalam hirarki kebutuhan Maslow; kebutuhan akan keamanan dan rumah yang stabil, pakaian, dan kurangnya kandungan gizi makan mereka membayangi kemampuan murid-murid ini untuk belajar. Lebih jauh lagi, dalam lingkungan pendidikan ada istilah untuk menggambarkan fenomen "yang kaya akan tambah kaya dan yang miskin bertambah miskin" (karena berhubungan dengan pendidikan, tetapi beralih ke kemiskinan pada umumnya) yaitu efek Matthew.
Perdebatan yang berhubungan dalam keadaan capital manusia dan capital individual seseorang cenderung untuk memfokuskan kepada akses capital instructional dan capital social yang tersedia hanya bagi mereka yang terdidik dalam sistem formal.
                                           
3)  Metoda terapi
v        Factor  individual: bertekad untuk merubah kehidupannya di mulai dari diri sendiri
v  Factor keluarga: keluarga harus memberikan pendidikan yang lebih supaya anak tidak seenaknya, keluarga harus mengarahkan, membimbing, member nasehat
v  Factor  sub-budaya (subcultural),; hindari budaya atau kebiasaan yang buruk di lingkungan, meskipun kita berada pada lingkungan ini tapi jangan sampai terpengaruh,kuatkan iman supaya tidak tergoda
v  Factor  agensi,; saya kira factor ini sangat sulit untuk dihindari karena kita berada di negara perang, Negara itu adalah tempat kita, dan apa yang bias kita lakukan, untuk pindah ke Negara lain adalah tidak mungkin
v  Factor  struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.tatanan yang buruk, pasti yang selalu dituntut untuk bergerak adalah pemerintah
v  Factor perang, pemulihannya sangat sulit tapi jika setiap orang berpikir untuk berubah menjadi lebih baik pasti akan bias. Seperti contoh jepang yang habis habisan hancur karena perang dunia sekarang menjadi Negara yang maju yang diperhitungkan
v  Factor social  sosial, lebih membawa diri untuk bersosialisasi di lingkungan umum
v  Factor  penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.faktor ini adalah yang menentukan apakah Negara tersebut telah berhasil atau tidak
v  Factor politik, ketidakstabilan factor politik, pemerintah jangan memikirkan diri sendiri saja dengan sibuk mempertahankan dan merebut kekuasaaan untuk dirinya
v  Factor psikologis, malas: sebenarnya tidak ada orang yang miskin atau bodoh hanya saja kita terlalu disibukkan dengan rasa malas. Kuatkan hati kita untuk menjadi pribadi yang baik bagi sesame, ikhlas melakukan yang jarus kita lakukan diawali dengan bismillahirrahmanirrahim.
v  Factor pendidikan, : pendidikan sampai di tingkat SMP sudah dibebaskan biayanya tapi masih saja ada orang tua atau anaknya sendiri yang tidak sadar pendidikan. Memang untuk jenjang yang tinggi terhitung sangat mahal. Intinya pendidikan kita SANGAT MAHAL……………………………

4)  Metoda pengembangan kehidupannya

v        Factor  individual: Perubahan harus di mulai dari diri sendiri, kesadaran diri sendiri dengan keyakinan kita akan berhasil.
v  Factor keluarga: orang tua jangan terlalu sibuk dengan urusannya masing masing sehingga anak terabaikan, jika memang orang tua tersebut sibuk dan tidak bias terlalu memeberi pendidikan coba masukkan anak ke lingkungan belajar yang ada nilai tambahnya sperti sekolah yang berbasis islam, pesantren.
v  Factor  sub-budaya (subcultural),; jangan biarkan budaya malas menguasai kita. Tidak ada budaya miskin, hanya budaya malas. Pemerintah juga kurang menyediakan lapangan kerja, tapi dengan kemampuan kita, kita bias menciptakan sesuatu yang bisaa menghasilkan uang, seperti membuat kue,
v  Factor  agensi,; kedamaian di dunia harus ditegakkan oleh semua insane manusia yang hidup di dunia
v  Factor  structural: jangan terllu ter[engaruh oleh isu isu yang terjadi di pemerintahan
v  Factor perang: biasanya untuk kepentingan politik semata. Kaatakanlah oleh seluruh manusia “aku cinta damai”
v  Factor social  sosial, : manusia adalah mhluk social. Jangan malu untuk meminta, misalnya “pak bolehkah itu dikerjakan oleh saya? Pa bolehkah proyek itu saya yang melaksanakan? Kita bias bicara, jadi jangan malu untuk meminta
v  Factor  penghasilan dan kekayaan yang memadai. : sesuaaikan antara pemasukan dan pengluaran, jangan besar pasak daripada tiang. Sesuai kebutuhan saja lah.
v  Factor politik, ketidakstabilan factor politik, : berdoalah kepada tuhan supaya pemimpin kita diberi kesadaran dan kearifan dalaam memimpin Negara kita yang tercinta ini.
v  Factor psikologis, malas: sebenarnya tidak ada orang yang miskin atau bodoh hanya saja kita terlalu disibukkan dengan rasa malas. Kuatkan hati kita untuk menjadi pribadi yang baik bagi sesame, ikhlas melakukan yang jarus kita lakukan diawali dengan bismillahirrahmanirrahim.
v  Factor pendidikan, : selenggarakaan wajar, jika tidak mampu untuk meneruskan ke perguruan tinggi, pilihlah sekolah menengah kejuruan yang memperikan kemampuan lebih kepada kita supaya siap langsung turun ke lapangan.
INPUT-OUTPUT-OUTCOME






Tidak ada komentar:

Posting Komentar