Jumat, 24 Februari 2012

Membetuk Kecerdasan Kepemimpinan Pemuda Indonesia


Membetuk Kecerdasan Kepemimpinan Pemuda Indonesia
5-Sep-2011 oleh webmaster2   http://kem.ami.or.id/wp-content/themes/journalcrunch/images/ico_post_comments.png Tidak ada Komentar   http://kem.ami.or.id/wp-content/themes/journalcrunch/images/ico_post_date.png Posting didalam : Naskah, Tahun 2010
Judul lengkap: Leadership Quotient : Membetuk Kecerdasan Kepemimpinan Pemuda Indonesia.
Oleh: Ardhi Putra Pratama, Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer, Jurusan Ilmu Komputer, Universitas Indonesia.
Sosok pemimpin merupakan sosok yang krusial bagi sebuah sistem sosial masyarakat. Dalam  ruang lingkup yang lebih luas, negara misalnya, mencari sosok pemimpin bukanlah perkara yang  mudah. Dalam sejarah Indonesia, pemimpin yang mampu memerjuangkan hak kaum yang  dipimpinnya mampu membawa Tanah Air Indonesia menuju kemerdekaan. Tapi di sisi lain , pemimpin yang tidak amanah telah menurunkan citra Indonesia dan memberikan dampak buruk  dengan memerosotnya kualitas pembangunan bangsa yang dilihat dari sistem tata sosial dan garis kemiskinan masyarakat yang semakin memrihatinkan.
Bicara tentang masa depan Indonesia, tentu saja tidak bisa dilepaskan dari peran para pemuda yang turut berpartisipasi aktif dalam pembangunan bangsa ini. Tokoh seperti Soekarno, Hatta, M. Natsir merupakan para pemuda pada zamannya (kurang lebih berumur dibawah 30 tahun), sudah menjadi tonggak kepemimpinan para pemuda yang dikenal lebih inovatif, kreatif, dan memiliki semangat yang tinggi dalam membawa bangsanya menuju arah yang lebih baik. Namun ironisnya, pemuda sekarang telah kehilangan jiwa kepemimpinan, mereka lebih tertarik dengan hal-hal yang berbau hiburan. Bahkan tidak sedikit pemuda yang merusak diri mereka sendiri seperti dengan merokok, pergaulan bebas, dan narkotika. Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional, 75% pengguna narkoba adalah remaja yang berusia 15-25 tahun. Pemuda merupakan pemimpin masa depan bangsa, sehingga untuk kelangsungan bangsa Indonesia sendiri, perlu diadakan peningkatan pembinaan, pembekalan, serta pendidikan yang mapan.
Manusia telah diberikan anugrah berupa kecerdasan oleh Tuhan YME. Anugrah tersebut tidak diberikan kepada makhluk Tuhan yang lainnya. Daniel Goleman yang memperkenalkan EQ (Emotional Quotient) telah membuka teori-teori lain menyangkut kecerdasan-kecerdasan yang berada dalam fitrah manusia. Diantaranya adalah : SQ (Spritual Quotient) , RQ (Relationship Quotient) , AQ (Adversity Quotient) , dan LQ (Leadership Quotient). Walaupun banyak kecerdasan yang terkandung dalam diri manusia, tetapi tidak ada satupun yang dapat diabaikan begitu saja. Jika hanya mengandalkan IQ dan tanpa EQ misalnya, maka tidak akan dapat menyelesaikan berbagai masalah dan lemahnya daya tahan emosi. Dalam hal ini, penulis akan lebih menekankan pada LQ atau yang biasa disebut “kecerdasan kepemimpinan”.
Leadership Quotient atau Kecerdasan Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang yang merupakan kombinasi dari kecerdasan fisik (Physical Intelligence) , kecerdasan jiwa (Mental Intelligence) , kecerdasan emosi (Emotional Intelligence), dan kecerdasan spritual (Spiritual Intelligence). Keempat bagian tersebut adalah bagian yang esensial dalam peran sebagai pemimpin. Inspirasi dan Integritas dalam kecerdasan spiritual, Inisiatif dan Inovasi dalam kecerdasan fisik dan jiwa, serta dampak dari pengaruh yang ditimbulkan. Pada dasarnya leadership quotient terbagi menjadi 6I yaitu Inspiration, Integrity, Initiative, Innovation, Impact, dan Influence.
LQ sudah menjadi standar kualitas kepemimpinan yang diakui di dunia Internasional. Banyak  ihak yang melayani jasa pelatihan LQ. Bahkan beberapa contoh sederhananya dapat diakses  dengan bebas di internet. Menurut Brian Harris, semakin besar nilai LQ seseorang, maka organisasi atau institusi yang dipimpinnya akan tumbuh berkembang lebih cepat dan sehat. Serta visi dan misi sebuah organisasi akan berjalan sebagaimana mestinya karena seseorang yang telah memiliki kualitas LQ yang tinggi memiliki prospek ke depan yang lebih matang.
LQ tidak hanya dibutuhkan untuk orang yang telah memiliki perusahaan besar saja, tetapi juga para pemuda yang memiliki potensi tidak terbatas untuk memajukan bangsa Indonesia. Realitanya, tingkat LQ para pemudalah yang lebih diprioritaskan untuk segera dibentuk. Telah terbukti dalam sejarah bahwa generasi mudalah yang banyak berperan dalam reformasi bangsa Indonesia, khususnya pada transisi dari orde lama menuju orde baru, serta menuju jaman reformasi dan demokratis seperti sekarang ini. Menurut Rohmad Sosiawan, terdapat 3 potensi yang terdapat pada diri seorang pemuda sebagai calon pemimpin bangsa, ketiga potensi tersebut adalah : masih adanya semangat dan idealisme yang kuat, kekuatan jasmani yang dimiliki pemuda, dan kredibilitas moral (secara umum) masih terjaga. Dengan pendidikan dan pembekalan Leadership Quotient khususnya kepada para pemuda, masa depan Indonesia dapat diamanahkan kepada mereka.
Membentuk Leadership Quotient praktis kepada para pemuda Indonesia
Terdapat setidaknya 3 tahapan untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan seseorang, hal tersebut adalah :
1. Menjadi Pendengar yang baik
Banyak pemimpin yang sangat pandai berkata-kata, memliki kharisma, tetapi tidak dapat menjadi pendengar yang baik ketika diadakan pembahasan masalah bersama anggota tim yang dipimpinnya. Para pemuda umumnya lebih suka untuk bercerita satu sama lain, khususnya terhadap sesamanya. Hal ini akan meningkatkan intensitas dan kualitas komunikasi mereka. Saat  lawan bicara merasakan bahwa mereka didengarkan dan diperhatikan, maka akan tercipta suatu  kondisi dimana mereka akan memercayai kita dan pada akhirnya akan terbentuk sifat loyal  kepada kita. Sifat ini sangat penting untuk membentuk sebuah sistem kepemimpinan yang solid. Jika dalam suatu tim tidak terdapat loyalitas yang tinggi, apa yang akan terjadi jika tim itu diguncang sedikit saja oleh masalah?
2. Memiliki kuasa terhadap tim yang dipimpinnya
Kuasa yang dimaksud disini tidak seperti kuasa yang bernada negatif yang berarti kekuasaan otoriter, kekuasaan penuh KKN, atau kekuasaan yang tidak transparan. Kuasa disini lebih ke arah pengendalian dan ketersediaan informasi yang menyeluruh terkait tim yang dipimpinnya, visi dan misi apa yang dituju, serta tujuan utama pembentukkan tim tersebut. Pemimpin (atau calon pemimpin) harus mengetahui informasi krusial yang menyangkut misi yang akan dicapainya, seperti apa yang sedang terjadi pada tim ini, atau apa saja yang telah berjalan baik ataupun tidak baik pada proyek yang sedang dikerjakan.
3. Menjadi pengendali situasi
Pemimpin yang baik harus selalu bersikap netral dan tenang dalam kondisi apapun. Saat timnya berkata, “Kita telah gagal !”, “Rencana kita menemui jalan buntu !”, seorang pemimpin yang baik akan berkata , “Jangan menyerah, ada saatnya kita berada dibawah, yang bisa dilakukan sekarang adalah terus berusaha melakukan yang terbaik”. Sebaliknya, ketika timnya berkata, “Kita sukses !”, “Tak ada yang bisa menghentikan kita !”, “Kita yang terbaik ! “, seorang pemimpin akan menengahi keadaan dengan berkata, “Jangan sampai kondisi saat ini membutakan kita, kesuksesan kita tidak akan bertahan selamanya, dan memertahankan lebih sulit daripada merebut, jadi mari kita bekerja lebih keras untuk memertahankan keadaan ini selama mungkin”. Pelajaran apa yang dapat diambil? Seorang pemimpin senantiasa memotivasi timnya untuk tidak larut dalam kondisi baik ataupun buruk. Sifat pemuda yang labil dapat menjadi kunci dalam sifat ini. Walaupun seorang pemuda semangat dan determinasinya tidak konsisten, tetapi cenderung mudah untuk diberi semangat dan akan bangkit dengan dukungan dari orang-orang sekitarnya. Hal ini akan menjadi lebih baik apabila seorang pemimpin tersebut juga berasal dari kalangan pemuda tersebut pula. Pemimpin tersebut akan tahu cara yang paling efektif untuk menengahi situasi yang sedang terjadi, karena pemuda lebih mudah untuk menerima informasi dan sugesti dari sesamanya atau orang yang dituakannya.
Pemuda yang menjadi potensi pemimpin masa depan bangsa Indonesia tidak bisa diabaikan begitu saja. Indonesia tidak bisa terus menerus bergantung pada generasi yang tua, melainkan harus ada pergantian generasi yang terus bergulir bersamaan dengan waktu. Karateristik pemuda yang mudah menerima sesuatu dan semangat untuk mempelajari hal yang baru harus dijadikan kunci untuk pendidikan kepemimpinan melalui Leadership Quotient ini. Dengan pendidikan LQ ini maka akan terbentuk jiwa pemuda yang tidak hanya berkahklak baik, tetapi juga mampu memimpin dengan baik. Sesungguhnya dengan pembelajaran LQ ini, kita seperti menanam benih pohon yang akan dipetik hasilnya kemudian, dengan melakukan pendidikan karakter para pemuda sejak dini, secara tidak langsung kita mendidik karakter bangsa Indonesia itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
1.http://rohmadsosiawan.blog.uns.ac.id/2009/05/21/kapan-pemuda-memimpin/
2.http://blog.magnt.com/2009/01/3-keys-to-raising-your-leadership-quotient/
3.http://www.p4tkmedan.or.id/widya-iswara/68-kecerdasan-kepemimpinan.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar