Kamis, 27 Oktober 2011

STUDY SOSIAL 1


BAB I
PRESPEKTIF STUDY SOSIAL
1.     PENGERTIAN STUDI SOSIAL
Studi sosial diartikan mengenai interelasi ilmu-ilmu sosial dalam menelaah gejala dan masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat. Interelasi merupakan antar hubungan disiplin akademik ilmu-ilmu sosial yang digunakan untuk menelaah gejala dan masalah sosial. Gejala sosial adalah gejala yang terjadi di masyarakat yang ditimbul kan oleh adanya kondisi peristiwa tingkah laku sikap manusia sebagai makhluk sosial.
2.     pengertian persepektif
Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan tentang sesuatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara tertentu, dan cara-cara tersebut berhubungan dengan asumsi dasar yang menjadi dasarinya, unsur-unsur pembentuknya dan ruang lingkup apa yang dipandangnya.
Perspektif membimbing setiap orang untuk menentukan bagian yang relevan dengan fenomena yang terpilih dari konsep-konsep tertentu untuk dipandang secara rasional.
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa perspektif adalah kerangka kerja konseptual, sekumpulan asumsi, nilai, gagasan yang mempengaruhi perspektif manusia sehingga menghasilkan tindakan dalam suatu konteks situasi tertentu.
Dalam konteks sosiologi juga memiliki perspektif yang memandang proses sosial didasarkan pada sekumpulan asumsi, nilai, gagasan yang melingkupi proses sosial yang terjadi.
Jadi, persepektif studi sosial merupakan suatu pandangan untuk gejala-gejala sosial dan masalah sosial yang penelaahannya dengan berdasar cara-cara tertentu, dan cara-cara tersebut berhubungan dengan asumsi dasar yang menjadi dasarinya, unsur-unsur pembentuknya dan ruang lingkup apa yang dipandangnya. Sehingga studi sosial dalam mengikapi masalah sosial tidak hanya dilihat dari satu disiplin ilmu saja tetapi menggabungkan ilmu-ilmu lainya. Dengan begitu masalah sosial yang komplek dapat teratasi dengan merumuskannya secara mendasar dan terperinci.
3.     Macam-Macam Persepektif
Pada perkembangan selanjutnya terdapat empat perspektif dalam sosiologi yang akan dipaparkan dalam tulisan ini yaitu :
a.       Perspektif Struktural Fungsional
Tokoh-tokoh perpektif ini yang dikenal luas antara lain: Talcot Parsons, Neil Smelser.
Ciri pokok perspektif ini adalah gagasan tentang kebutuhan masyarakat (societal needs). Masyarakat sangat serupa dengan organisme biologis, karena mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar masyarakat dapat melangsungkan keberadaannya atau setidaknya berfungsi dengan baik. Ciri dasar kehidupan sosial struktur sosial muncul untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan merespon terhadap permintaan masyarakat sebagai suatu sistem sosial. Asumsinya adalah ciri-ciri sosial yang ada memberi kontribusi yang penting dalam mempertahankan hidup dan kesejahteraan seluruh masyarakat atau subsistem utama dari masyarakat tersebut.
b.       Perspektif Konflik
Manusia membuat sejarah; sejarah yang kita buat selalu terjadi dalam suasana interaksi dengan orang lain. Manusia adalah mahluk sosial yang keberadaannya diciptakan dalam acuan interaksi sosial. Karena itu beberapa pemikir melihat interaksi sosial sebagai mekanisme yang mengerakan perubahan, terutama menggerakan konflik. Beberapa tokoh seperti Ibnu Khaldun, Karl Marx, Vilfredo Pareto melihat jalannya sejarah didorong oleh konflik antar manusia.
Perhatian manusia terhadap konflik telah tercermin dalam literatur kuno. Max Weber menyatakan perang antar dewa di zaman kuno bukan hanya untuk melindungi kebenaran nilai-nilai kehidupan sehari-hari, tetapi juga keharusan memerangi dewa-dewa lain, sebagai komunitas mereka juga berperang dan dalam peperangan inipun mereka harus membuktikan kemahakuasaan mereka. Sebagai contoh dalam mitologi Yunani mengenal Ares dewa perang yang dibenci oleh dewa-dewa lain karena sifatnnya yang kejam, saudara perempuannya Eris adalah dewi percekcokan yang gemar bertengkar dan berperang. Rekannya dari Romawi adalah Mars dan Discardia.
Sejumlah pengamat politik dan sosial lain menekankan pentingnya konflik dalam kehidupan manusia; antara lain Polybius sejarawan Romawi, Khaldun, Machiavelli, Jean Bodin dan Thomas Hobbes
Konflik antar kepentingan diri sendiri dan kepentingan sosial meliputi karya Adam Smith, temuan Charles Darwin yang menyatakan bahwa “Yang kuatlah yang paling beruntung dalam perjuangan mempertahankan hidup.” Ide Darwin diterapkan pada tatanan sosial dalam ideologi sosial Darwinisme, yang mula-mula menerapkannya adalah Herbert Spencer dan WG Summer. Mereka menyatakan apa yang kemudian diakui sebagai landasan pembenaran ilmiah bagi taktik bisnis yang kejam dari kapten industri abad 19. Para kapten industri adalah anggota masyarakat yang terkuat dan orang yang kurang mampu yang tidak cakap harus menerima nasib mereka demi kesejahteraan masyarakat.
Jadi, evolusi sosial dibayangkan sejalan dengan evolusi biologis. Orang yang mampu bertahan hidup terbukti adalah orang yang terkuat. Di Amerika abad 19, kapten industri adalah mereka yanng terkuat, pemenang dari perjuangan keras untuk mempertahankan hidup dalam dunia bisnis.
Pandangan tersebut yang kemudian mendasari asumsi bahw evolusi sosial dan kultural sepenuhnya adalah hasil dari konflik antar kelompok.
Perang antar kelompok dapat disamakan dengan perjuangan untuk mempertahankan hidup dan yang terkuatlah yang menang dalam kehidupan sosial. Kebencian yang besar dan yang melekat antar kelompok, antar ras dan antar orang yang berbeda menyebabkan konflik tak terelakan.
Vilfredo Pareto melukiskan sejarah sebagai perjuangan memperebutkan kekuasaan yang tak berkesudahan, kelompok dominan berusaha memelihara dan mempertahankan kedudukannya; kekuatan adalah faktor terpenting dalam mempertahankan stabilitas, kekerasan mungkin diperlukan untuk memulihkan keseimbangan sosial jika keseimbangan itu terganggu. Kekerasan tidak memerlukan pembenaran moral, karena kekerasan mempunyai kualitas pembaharuan membebaskan manusia untuk mengikuti ketentuan tak rasional dari sifat bawaannya sendiri.
3. Kesimpulan
Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perspektif ini memiliki proporsi sebagai berikut :
1.      Setiap masyarakat dalam segala hal tunduk pada proses perubahan; perubahan sosial terjadi dimana saja.
2.      Setiap masyarakat dalam segala hal memperlihatkan ketidaksesuaian dan konflik; konflik sosial terdapat dimana saja.Setiap unsur dalam masyarakat memberikan kontribusi terhadap perpecahan dan perubahannya










BAB II
KEHIDUPAN SOSIAL MANUSIA DAN PERMASALAHANNYA
1.      Interaksi  Sosial Sebagai Factor Utama Dalam Kehidupan  Sosial
Dapatkah kamu hidup sendiri? Tentu saja tidak. Kamu membutuhkan orang lain untuk bermain, bercerita, belajar bersama, atau untuk melakukan hal-hal menarik lainnya. Dengan memiliki teman, kamu dapat terus berinteraksi dan bersosialisasi. Bagaimanakah proses interaksi dan sosialisasi itu berlangsung? Apa gunanya bagi perkembangan kepribadianmu? Kamu akan menemui jawabannya setelah kamu mempelajari pelajaran ini. Diharapkan setelah mempelajari materi ini, kamu akan mampu (1) mendeskripsikan interaksi sebagai proses sosial, (2) mendeskripsikan sosialisasi sebagai proses pembentukan kepribadian, (3) mengidentifikasi bentuk-bentuk interaksi sosial, dan (4) menguraikan proses interaksi sosial. Mempelajari materi ini akan membantu kamu dalam memahami kehidupan sosial manusia. Dengan demikian, kamu akan mampu mempersiapkan diri untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu ciri manusia adalah selalu hidup bersama manusia lainnya. Setiap orang sudah pasti selalu berhubungan atau bekerja sama dengan orang lain. Itulah sebabnya manusia disebut sebagai makhluk sosial. Salah satu ciri yang menandai bahwa manusia adalah makhluk sosial ialah manusia senantiasa melakukan interaksi sosial. Interaksi ialah tindakan atau aksi yang dibalas dengan reaksi. Interaksi tidak dapat dilakukan secara sendiri, tetapi harus ada orang atau kelompok lain sebagai mitra untuk berinteraksi.
A.      Faktor Pendorong Terjadinya Interaksi Sosial
Proses interaksi sosial dapat berlangsung didasarkan atas beberapa faktor, antara lain imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati.
a.       Imitasi
Imitasi adalah tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan, gaya hidup, bahkan apa saja yang dimiliki oleh orang lain tersebut. Misalnya, gaya berpakaian dan model rambut seorang artis di televisi yang ditiru oleh penggemarnya. Seorang guru olahraga menunjukkan cara mendribel bola basket yang kemudian ditiru oleh siswanya. Proses imitasi ada yang bersifat negatif, ada pula yang bersifat positif. Hal itu bergantung pada model yang ditiru dalam interaksi sosial tersebut. Misalnya, seorang anak yang tumbuh dan besar di keluarga yang selalu beribadah, akan meniru kebiasaan keluarga tersebut. Jika kamu bergaul dengan anak yang suka merokok, tidak tertutup kemungkinan kamu pun akan jadi perokok.
b.      Sugesti
Sugesti adalah pengaruh, pandangan, atau sikap yang diberikan seorang individu terhadap individu lain kemudian diterima, dituruti, atau dilaksanakan dengan tanpa berpikir lagi secara rasional. Pengaruh sugesti akan cepat terjadi jika yang memberikan sugesti adalah orang-orang yang memiliki pengaruh, orang yang berwibawa, pimpinan, atau teman dekat. Misalnya, himbauan dari orang tua, pemimpin agama.
c.       Identifikasi
Identifikasi ialah suatu proses yang terjadi pada diri seseorang yang memiliki keinginan atau kecenderungan untuk menjadi sama (identik) dengan orang lain yang ingin ditirunya. Identifikasi dapat berlangsung baik disadari maupun tidak disadari. Misalnya, Amran Sabani adalah penggemar berat pemain bola Cristiano Ronaldo dari klub Manchester United, Inggris. Tanpa dia sadari, dia berusaha berpenampilan seperti pemain idolanya tersebut. Dia memakai kaos bola bernomor punggung sama dengan Ronaldo, rambutnya pun berpotongan sama dengan pemain Portugal itu. Bahkan, namanya pun ditambah dengan nama Ronaldo, menjadi Amran 'Ronaldo' Sabani. Pada identifikasi, orang menempatkan dirinya seolah-olah sama dengan idolanya. Segala sesuatu diusahakan sama (identik) dengan idolanya.
d.      Simpati
Simpati sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Didalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walau dorongan utama pada simpati adalah kegiatan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya.

B.      Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Untuk terjadinya interaksi sosial, harus ada dua syarat, yakni harus terjadi kontak sosial dan komunikasi.
a.       Kontak Sosial

Kontak sosial terjadi ketika dua orang berhubungan. Kontak sosial dapat terjadi secara langsung (disebut kontak sosial primer) dan dapat pula dilakukan secara tidak langsung (disebut kontak sosial sekunder). Contoh kontak sosial primer ialah bercakap-cakap sambil bertatap muka: guru meminta kamu mengerjakan soal ulangan, temanmu mengajak makan di kantin, kamu meminta uang jajan pada ibumu. Karena kemajuan teknologi informasi, kontak sosial primer juga dapat terjadi walaupun kedua pihak tidak bertatap muka secara langsung, tetapi melalui telepon atau internet. Contoh kontak sosial sekunder ialah kamu menitip pesan untuk gurumu lewat temanmu bahwa kamu tidak masuk sekolah karena sakit, ibu menitip pesan melalui temanmu agar kamu segera pulang, kamu mengirim kartu ucapan selamat ulang tahun untuk temanmu di kota lain.

b.      Komunikasi

Komunikasi merupakan satu syarat pokok terjadinya kerja sama dalam proses sosial. Komunikasi terjadi jika kedua belah pihak memahami bahasa yang digunakan. Bahasa yang digunakan dapat berupa kata-kata, isyarat, ataupun simbol. Komunikasi ialah suatu proses pengiriman pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat langsung dipahami. Suatu komunikasi terjadi jika memenuhi persyaratan berikut.

1)      Adanya pihak yang mengirim pesan (komunikator/ sender
2)      Adanya penerima pesan (komunikan/receiver)
3)      Adanya pesan (message) yang ingin disampaikan
4)      Adanya tanggapan (feedback) dari si penerima atas isi pesan

C.      Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Interaksi sosial yang terjadi dapat bersifat positif dapat pula bersifat negatif. Interaksi sosial positif disebut pula sebagai interaksi sosial asosiatif. Interaksi sosial negatif disebut juga interaksi sosial disosiatif. Interaksi asosiatif mengarah pada persatuan karena interaksi yang terjadi antara individu atau kelompok yang terlibat di dalamnya mengarah pada persatuan. Interaksi disosiatif mengarah pada "perpecahan" karena interaksi yang terjadi antara individu atau kelompok yang terlibat di dalamnya mengarah pada perpecahan. Dengan demikian, terdapat dua bentuk interaksi sosial yang sifatnya berlawanan, yaitu interaksi sosial asosiatif dan interaksi sosial disosiatif.

1.      Interaksi Sosial Asosiatif
Pola hubungan interaksi sosial yang bersifat asosiatif dapat tercipta karena adanya kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
a.       Kerja Sama
Satu tim sepak bola harus bekerja sama untuk dapat menciptakan gol ke gawang lawan. Sangat jarang terjadi seorang pemain sepak bola mencetak gol tanpa bantuan temannya. Kekompakkan tim sepak bola merupakan salah satu contoh bentuk kerja sama. Dari contoh ini dapat dilihat bahwa kerja sama dapat timbul karena adanya orientasi perorangan terhadap kelompoknya sendiri (ingin timnya menang) atau kelompok orang lain (ingin tim lawan kalah). Kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang utama.
b.      Akomodasi
Akomodasi adalah usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan. Akomodasi dilakukan dengan tujuan tercapainya kestabilan dan keharmonisan dalam kehidupan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Artinya, akomodasi merupakan bentuk penyelesaian tanpa mengorbankan salah satu pihak. Adakalanya, pertentangan yang terjadi sulit diatasi sehingga membutuhkan pihak ketiga sebagai perantara. Misalnya, perkelahian antara dua orang siswa di sekolah. Guru dapat menjadi perantara untuk mendamaikan kedua siswa setelah guru mempelajari penyebab terjadinya perkelahian. Adapun tujuan akomodasi adalah seperti berikut.
1)      Mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham.
2)      Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer.
3)      Memungkinkan terwujudnya kerja sama antara kelompok-kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan
4)      Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya lewat perkawinan campuran.
c.       Asimilasi
Asimilasi merupakan bentuk proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan di antara orang-orang atau kelompok manusia. Mereka tidak lagi merasa sebagai kelompok yang berbeda sebab mereka lebih mengutamakan kepentingan dan tujuan yang akan dicapai bersama. Bila kedua kelompok masyarakat telah mengadakan asimilasi, batas antara kedua kelompok masyarakat itu dapat hilang dan keduanya berbaur menjadi satu kelompok. Misalnya, orang Jawa yang bertransmigrasi ke Papua akan berasimilasi dengan penduduk setempat sehingga batas-batas antara kelompok masyarakat tidak begitu jelas lagi terlihat satu dengan lainnya.
d.      Proses asimilasi dapat berlangsung dengan mudah atau dapat juga dihambat. Faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah sebagai berikut.
1)      Toleransi
2)      Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
3)      Sikap menghargai kehadiran orang asing dan kebudayaannya
4)      Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5)      Memiliki persamaan historis dalam unsur-unsur kebudayaan
6)      Perkawinan campuran antarkelompok yang berbeda
7)      Adanya musuh bersama dari luar

e.        Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul apabila terjadi percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling memengaruhi. Dalam akulturasi, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu, sebagian berusaha menolak pengaruh itu. Contoh akulturasi yang mudah ditemui ialah dalam perbauran kebudayaan Hindu-Buddha dan kebudayaan Islam dengan kebudayaan asli Indonesia. Bentuk-bentuk akulturasi yang masih ditemukan saat ini misalnya upacara Sekaten, Gerebeg Maulid, dan lainnya.

2.      Interaksi Sosial Disosiatif
Disosiatif merupakan kebalikan dari asosiatif. Bila pada proses sosial asosiatif lebih menekankan bentuk kerja sama, proses sosial disosiatif lebih ditekankan pada bentuk persaingan atau perlawanan. Terdapat tiga bentuk interaksi disasosiatif, yaitu persaingan, kontravensi, dan pertentangan.
a.       Persaingan
Persaingan adalah suatu proses sosial yang terjadi di mana individu atau kelompok saling bersaing untuk berlomba atau berkompetisi mencari keuntungan melalui bidang-bidang tertentu dengan menggunakan cara-cara yang terbuka dan adil. Misalnya, persaingan antara dua juara kelas di satu sekolah untuk membuktikan siapa yang layak dapat bintang sekolah. Kedua juara kelas itu akan belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai gelar tersebut. Persaingan yang terjadi antara dua orang merupakan persaingan pribadi. Ada juga persaingan yang bersifat kelompok. Misalnya, persaingan antara Persipura Jayapura dan Persib Bandung dalam memperebutkan tempat di putaran final Liga Indonesia. Persaingan berlangsung dalam berbagai aspek kehidupan.
b.      Pertentangan
Pertentangan adalah suatu proses sosial di mana seseorang atau kelompok dengan sadar atau tidak sadar menentang pihak lain yang disertai ancaman atau kekerasan untuk mencapai tujuan atau keinginannya. Konflik biasanya terjadi karena adanya perbedaan paham dan kepentingan. Hal ini dapat menimbulkan semacam gap (jurang pemisah) yang dapat mengganggu interaksi sosial di antara pihak-pihak yang bertikai. Pertentangan dapat terjadi pada semua lapisan masyarakat, individu atau kelompok, mulai dari lingkungan kecil sampai masyarakat luas. Pertentangan dapat timbul karena:
1)      perbedaan pendapat, prinsip, aturan antarindividu
2)      perbedaan adat istiadat, kebudayaan
3)      perbedaan kepentingan politik, ekonomi, dan sosial
4)      perubahan sosial, disorganisasi, dan disintegrasi
c.       Kontravensi
Kontravensi ialah bentuk interaksi sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi ditandai dengan gejala adanya ketidakpuasan terhadap seseorang atau sesuatu. Sikap tersebut dapat terlihat jelas atau tersembunyi. Sikap tersembunyi tersebut dapat berbuah menjadi kebencian, akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian. Menurut sifatnya, bentuk-bentuk kontravensi adalah sebagai berikut.
1)      Umum: penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain
2)      Sederhana: menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain.
3)      Intensif: penghasutan, menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak-pihak lain.
4)      Rahasia: mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat.
5)      Taktis: mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan pihak lain, memaksa pihak lain dengan kekerasan, provokasi, dan intimidasi.





D.     Status Dan Peran Dalam Masyarakat
Dalam bersosialisasi, kita harus memerhatikan status dan peran setiap individu dalam masyarakat. Mengetahui status dan peranan seseorang akan memudahkan kita untuk bersosialisasi. Apa yang ada di benak kamu jika mendengar kata guru? Tentu saja kamu akan menghubungkannya dengan salah satu hal berikut ini: mengajar di depan kelas, menasihati siswa yang bandel, memberi PR. Guru adalah status, sedangkan mengajar di depan kelas adalah peran. Dalam masyarakat, terdapat banyak peran dan status. Peran dan status seseorang menentukan dalam kehidupan bersosial. Berikut kita akan mempelajari apa itu peran dan status.
a.       Status
Pak Ardabili adalah ayah dari Maman dan Mimin. Ia adalah suami dari Ibu Mirna. Beliau juga seorang Kepala Bagian Keuangan di kantornya. Di lingkungan RT, ia adalah Ketua RT. Sebagai warga masyarakat, Pak Ardabili menyandang banyak status: sebagai ayah, suami, kepala bagian keuangan, ketua RT. Lalu, apa status itu? Status berarti tempat/posisi seseorang di dalam suatu pola tertentu. Dalam kenyataannya, seseorang memiliki beberapa status. Hal tersebut dapat terjadi karena ia biasanya ikut serta dalam berbagai pola kehidupan. Walaupun memiliki banyak status, biasanya yang selalu menonjol hanya status yang utama. Dilihat dari cara memperolehnya, setiap individu dapat menduduki status sosial berikut.
1)      Ascribed status: status seseorang yang diperoleh secara otomatis berdasarkan kelahiran/turun-temurun. Misalnya, Pangeran Charles adalah seorang putra mahkota karena terlahir sebagai anak pertama Ratu Inggris, Diponegoro adalah seorang pangeran karena dia terlahir sebagai putra Sultan Hamengku Buwono III.
2)      Achieved status: status yang dicapai seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Status doktor diperoleh setelah seseorang menyelesaikan rangkaian panjang pendidikan SD, SMP, SMA, S1, S2, dan S3. Juara kelas diraih setelah seseorang belajar dengan giat.
3)      Assigned status, status atau kedudukan yang diberikan kepada seseorang yang telah berjasa kepada masyarakat. Misalnya, Drs. Moh. Hatta sebagai Bapak Koperasi ndonesia.
b.      Peran
Pernahkah kamu memerhatikan anak-anak kecil bermain dokter-dokteran (ada yang menjadi dokter, pasien, dan perawat), sekolah-sekolahan (ada yang menjadi guru, ada yang menjadi siswa)? Dokter akan memeriksa pasien, kemudian memberikan resep untuk membeli obat. Guru akan mengajar siswanya. Permainan itu mungkin saja pernah kamu mainkan dulu. Itulah salah satu contoh bermain peran. Dokter berperan memeriksa pasien, kemudian memberikan resep untuk membeli obat. Guru berperan mengajar siswanya. Dari contoh tersebut, dokter dan guru adalah status, sedangkan memeriksa pasien dan mengajar adalah peran. Jadi, peran adalah tingkah laku yang diharapkan dari seseorang sesuai dengan status (kedudukan) yang dimilikinya. Peranan merupakan aspek dinamis dari status. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan statusnya, dia melaksanakan suatu peranan. Peranan dan status adalah dua aspek dari gejala yang sama. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena yang satu bergantung pada yang lainnya. Tak ada peranan tanpa status dan sebaliknya tak ada status tanpa peranan. Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku.






3.      Masalah Lingkungan Sosial Disekitar Kita
Sebagai makluk sosial, manusia tidak pernah bisa hidup seorang diri. Di mana pun manusia memerlukan kerja sama dngan orang lain. Manusia membentuk pengelompokan sosial diantara sesama dalam upaya mempertahankan kehidupannya. Dalam kehidupan bersamanya itu manusia juga memerlukan adanya organisasi, yaitu suatu jaringan informasi sosial antara sesama untuk menciptakan ketertiban sosial. Interaksi-interaksi sosial itulah yang kemudian melahirkan suatu yang dinamakan lingkungan sosial. Lingkungan sosial tersebut sebagai tempat berlangsungnya bermacam-macam interaksi sosial antara anggota atau kelompok masyarakat, yaitu suatu himpunan masyarakat yang memiliki kesadaran, sedikit hiburan dan memiliki latar belakang yang sama diantara anggota-anggotanya.
Manusia memerlukan lingkungan sosial yang serasi untuk kelangsungan hidupnya. Lingkungan sosial yang serasi dibutuhkan oleh selurh anggota di dalam kelompoknya. Untuk mewujudkan lingkungan sosial yang serasi diperlukan kerjasama diantara sesama anggota kelompok. Kerjasama itu dimaksudkan untuk membuat dan melaksanakan aturan-aturan yang disepakati bersama oleh warga sebagai mekanisme pengendalian perilaku sosial. Aturan-aturan itu terwujud dalam bentuk norma-norma yang harus dipatuhi (norma hukum).
Lingkungan sosial yang mulanya tercipta dari pengelompokan sosial, pada akhirnya bersifat memaksa anggota dari pengelompokkan itu untuk menyesuaikan diri terhadapnya. Setiap orang harus menghayati norma-norma sosial yang mengatur hak dan kewajiban, serta menghormati kedudukan dan peran-peran sosial yang ada di dalam lingkungan sosial kelompoknya. Dengan cara itulah kesinambungan kelompok dan lingkungan sosial bisa dipertahankan sehingga menciptakan lingkungan sosial yang serasi dan seimbang hubungan antara manusia dengan lingkungan alam dan buatan.
Dewasa ini Indonesia sedang mengalami masa sulit dengan berbagai masalah. Salah satunya masalah-masalah yang terjadi di lingkungan sosial, yang disebabkan oleh adanya perubahan sosial dalam masyarakat baik perubahan berupa kemajuan (proress) maupuan Kemunduran (regress), pesatnya pembangunan dan meningkatnya kebutuhan manusia.
4.      Macam-macam  persoalan lingkungan sosial
Macam-macam  persoalan lingkungan sosial antara lain :
a.       Berkembangnya konflik atau friksi sosial dengan atau tanpa kekerasan yang disebabkan oleh persaingan, perbedaan Individu, perbedaan kebudayaan dan konflik kepentingan serta premanisme dan tanpa atau menggunakan simbol-simbol suku, agama, ras dan golongan. Konflik sangat erat terjalin dengan berbagai proses yang mrmpersatukan dalam kehidupan sosial dan bukan hanya lawan dari persatuan.
b.      Meningkatnya jumlah pengangguran. Mningkatnya jumlah penangguran di Indonesia disebabkan karena adanya ledakan penduduk yang tidak diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang memadai. Banyaknya pengangguran juga di sebabkan karna adanya krisis global, yang memberikan dampak ke Indonesia, contohnya pemecatan beberapa orang, bahkan perusahaan perangkat lunak microsoft memecat satu juta orang lebih,sehingga tingkat penangguran bertambah.
c.       Meningkatnya angka kemiskinan. Semakin meningkatnya kemiskinan di Indonesia dikarenakan adanya ledakan penduduk yang tidak terkontrol. Tidak tersalurkannya dana bantuan untuk rakyat miskin. Dan Meningkatnya tingkat kemalasan masyarakat unutk bekerja. Tetapi, kemiskinan bukan hanya menyangkut permasalahan ekonomi saja tetapi lebih bersifat multidimensional dengan akar permasalahan pada sisitem ekonomi dan politik bangsa yang bersangkutan. Dimana masyarakat menjadi miskin oleh sebab adanya kebijakan ekonomi dan politik yang kurang menguntungkan mereka, sehingga mereka tidak memiliki kehidupan secara layak.
d.      Semakin berkembangnya praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Karena para koruptor itu telah memakan hak-hak masyarakat.Misalkan, gaji guru yang tidak sepenuhnya keluar.
e.       Meningkatnya jumlah penduduk. Ledakan penduduk yang terjadi di Indonesia semakin merajalela, disebabkan karna tidak dibatasinya angka kelahiran dan banyaknya perkawinan usia dini. Padahal Indonesia sudah menerapkan pengendalian penduduk yang dikenal dengan Program keluarga berencana.
f.       Meningkatnya ketimpanagan atau kesenjangan sosial ekonomi. Kesnjanagn sosial ekonomi dapat diartikan sebagai tingkat pertumbuhan sosial ekonomi yang tidak sama yang terjadi pada masyarakat yang melaksanakan pembangunan dan modernisasi, adanya kesenjangan sosial antara si miskin dan si kaya. Hal ini terjadi karena kurang adanya kesempatan untuk memperoleh sumber pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, dan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan.
g.       Meningkatnya gaya hidup. Gaya hidup masyarakat selalu mengikuti perkembangan zaman. Masyaraat Indonesia sekarang ini lebih cenderung selalu meniru secara mutlak pengaruh barat yang masuk ke Indonesia (westernisasi
h.      Distribusi atau persebaran penduduk yang tidak merata. Adanya urbanisasi menyebabkan persebaran penduduk tidak merata. Banyak masyarakat desa yang pindah ke kota karena mereka ingin merubah nasibnya, mengubah status sosialnya. Sehingga penduduk kota semakin bertambah dan penduduk desa semakin berkurang. Masyarakat desa yang tidak mempunyai sanak saudara di kota akhirnya menjadi gelandangan dan menjadi pengemis jalanan dan pada akhirnya tingkat kriminalitas dan angka kemiskinan pun bertambah
i.        Masalah kesehatan. Sekarang ini semakin banyak timbul berbagai macam penyakit yang belum ada penanggulangannya. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya kesadaran masyarakat atas pentingnya kesehatan, terutama lingkungan di daerah tempat tinggalnya yang menjadi sumber penyakit, misalnya masyarakat yang tinggal dibantaran kali.
j.        Banyaknya anak putus sekolah. Semakin mahalnya biaya pendidikan menyebabkan banyak anak-anak yang putus sekolah dikarenakan merekatidak memiki biaya untuk meneruskan pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga hanya masyarakat yang beruntung saja yang bisa bersekolah.
k.      Meningktanya jumlah anak jalanan. Banyaknya anak-anak jalanan bukan kemauannya sendiri melainkan mereka seorang korban dari kemalasan orang tuanya. Orang tua yang malas bekerja menyuruh anak mereka mencari nafkah dengan bekerja sebagai pengemis, pengamen dan sebagainya. Sedangkan orang tuanya hanya menonton atau menjadi pengemis pula. Padahal masih banya pekerjaan yang bisa mereka kerjakan, seperti pembantu rumah tangga, atau kembali kedaerah asal mereka sebagai petani.
l.        Penyalahgunaan narkotika. Banyaknya Kasus penyalahgunaan obat-obatan terlarang seperi ganja, shabu-shabu, putau, heroin, inex dan miras banyak menimpa dilingkungan remaja bahkan sampai ke siswa sekolah dasar. Penyebab penyalahgunaan narkotika sangat kompleks akibat interaksi antara faktor yang terkait dengan individu, salahnya pergaulan, berteman dengan penyalahguna, atau mendapt ancaman dan paksaan dari kelompok penyalahguna narkotika tersebut, dan lemahnya penegakkan hukum. Akibat dari penyalahgunaan obat-obatan terlarang ini dapat menimbulkan penyakit, sepeti HIV/AIDS yang bikarenakan pemakaian jarum suntik yang sudah tidak steril secara bergantian.
m.    Masalah sosial kenakalan remaja. Remaja sebagai generasi muda pewris bangsa ini, sepertinya menjadi ladang sumber tumbuhnya perilaku-perilaku baru yang tidak sesuai dengan nilai dan moral bangsa. Masalah kenakalan remaja semakin hari semakin meresahkan masyarakat dan telah menjurus pada tindakan kriminal, seperti : tawuran, pemerasan, perampokan, pencurian, penggunaan narkoba, bahkan pembunuhan, perkelahian sesama remaja, perlawanan terhadap guru,dll. Pada masa remaja, emosi seseorang masih labil, belum memiliki pegangan dan dalam proses mencari jati diri. Perilaku remaja tersebut dipengaruhu oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal,yaitu remaja yang terlibat kenakalan remaja biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang komlpleks. Faktor keluarga, rumah tangga yang dipenuhi kekerasan sangat mempengaruhi kelakuan anak karena ketika mereka meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya. Kemudian faktor sekolah, sekolah yang kurang disiplin merupakan salah satu penyebab kenakalan remaja. Yang terakhir faktor lingkungan, lingkungan merupakan salah satu faktor yang memunculkan kenakalan remaja, salahnya bergaul, adanya perkumpulan atau gang, serta pengaruh dari acara-acara televisi, bioskop, internet majalah-majalah yang menawarkan aktivitas baru bagi remaja selepas ia menjalankan aktivitasnya di rumah atau di sekolah.
n.      Merosotnya nilai-nilai moral bangsa. Krisis multidimensi yang melanda bangsa Indonesia salah satunya dalah merosotnya nilai-nilai moral bangsa. Hal itu terlihat dari maraknya penyakit sosial yang terjadi di masyarakat seperti praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme yang membuat masyarakat resah dan sengsara teutama para rakyat miskin, banyaknya tindak kejahatan, tindakan pelecehan seksual, jual beli narkoba, dan perdaganagan manusia. 
Masalah-masalah tersebut di atas telah memutarbalikan citra Indonesia yang dulu dikenal sebagai bangsa yang ramah, santun, tenggang rasa, berjiwa gotong royong dan memiliki adat ketimuran yang khas. Permasalahan-permasalahan sosial ini, baik secara langsung atau tidak, mempengruhu dan mengubah kondisi keadaan dari lingkungan sosial sebelumnya. Akibatnya keserasian lingungan sosial menjadi terganggu bahkan bisa berubah-ubah dengan tempo yang tidak menentu.
5.      Mengatasi Masalah Sosial
Dari uraian permasalahan sosial di atas, tampaklah bahwa permasalahn soaial tersebut perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Karna masyarakat sangat mengharapkan perubahaan yang lebih baik di lingkungan sosial mereka. Untuk itu pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama berperan aktif dalam mengatasi setiap permasalahan yang terjadi di lingkungan sosial.
Dengan semakin terbukanya era globalisasi yang terjadi akhir-akhir ini terutama di lingkungan sosial, diprediksikan bahwa isu-isu permasalah sosial akan semakin berkembang dan bervarisi karena terjadi benturan-benturan kepentingan di antara aspek-aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu isu-isu tersebut harus di pahadapi, dipahami, dan dipecahkan, bukan untuk dihindari sehingga tidak membawa dampak buruk yang lebih besar di lingkungan sosial masyarakat tersebut. Untuk mengatasi masalah-masalah di lingkungan sosial itu, ada berbagai solusi untuk mengatasinya. Contoh, pengangguran dan kemiskinan, pemerintah sudah membuat PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri), tetapi masyarakat masih saja belum sadar dan malas untuk mengikuti program tersebut, oleh karena itu mereka harus dibina dan dibimbing agar mau untuk mencoba program tersebut. Banyaknya anak yang putus sekolah, sehingga mereka menjadi anak jalanan, untuk mengatasi solusi tersebut adalah dengan mendirikan suatu program pendidikan sukarelawan yaitu mendirikan sekolah terbuka untuk mendidik anak-anak jalanan yang putus sekolah. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya hidup sehat.Solusi untuk mengatasi kenakalan remaja dan terjerumusnya ke dalam obat-obatan terlarang, dapat dengan cara memberikan penyuluhan kepada mereka tentang bahaya obat-obatan terlarang dan penyakit yang akan di timbulkannya. Agar tidak memudarnya masyarakat adat, masyarakat desa yang pindah ke kota harus tetap melestarikan kebudayaan-kebudayaan adat yang mereka miliki di daerah asal mereka, agar kebudayaan adat mereka tidak pudar.

BAB III
HUBUNGAN STUDY SOSIAL DENGAN BIDANG STUDY LAINNYA
1.      Sejarah
sejarah sebagai landasan untuk mengkaji masalah masalah social di masa lampau. Study social tidak hanya puas untuk mencatat sejarah tetapi study social akan selalu mencoba menemukan dalam sejarah pola-pola tingkah laku masyarakat yang memungkinkannya dalam batas batas tertentu. Menyusun suatu pola perkembangan untuk masadepan dan member gambaran bagaimana suatu keadaan dapat diharapkan akan berkembang dalam keadaan tertentu.
2.      Antropologi
Antropologi menyumbang pengertian dan teori tentang kedudukan serta peran berbagi satuan social budaya yang lebih kecil dan sederhana, mula mula antropologi lebih banyak memusatkan perhatian kepada masyarakat dan kebudayaan di desa-desa. Sosiologi lebih banyak dipengaruhi oleh perkembangan dan teknologi modern. Lambat laun antropologi dan sosiologi saling memengaruhi baik dalam objek penelitian maupun dalam pembinaan teori.
3.      Ilmu ekonomi
Study social mempelajari para pelaku ekonomi dalAm membuat kebijakan pemerintah, masyarakat meneliti dan menerapkan kebijakan tersebut.
4.      Psikologi social
Psikologi sosial adalah pengkhususan psikologi yang mempelajari hubungan timbale balik antara manusia dan masyarakat, khususnya factor-faktor yang mendorong manusia untuk berperan dalam ikatan kelompok atau golongan. ,jika sosiolog mempelajari kegiatan kehidupan sosial. Psikologi umumnya memusatkan perhatian pada kehidupan perorangan. Psikologi sosial berusaha untuk menyusun kerangka analisis yang dapat menghubungkan kedua bidang tersebut
5.      Geografi
Factor fktor yng berdasrkan geografis, seperti perbatasan strategis (strategic frontiers) desakan penduduk (population pressure), kondisi wilayah yang akan mempengaruhi kondisi pisik dan psikologis pendudukinya, seperti kondisi masyarakat di daerah kumuh, dengan tingkat kesehatan yang rendh, pendidikn yang rendah, dan pergaulan yang bebas.
Geografi mempelajari suatu wilayah, keadaan wilayah, cuaca, dan sebagainya. Pokoknya tentang wilayah itu. Sosiologi mempelajari hubungan masyarakat, sementara geografi mempelajari wilayah yang ditempati suatu masyarakat. Bisa direalisasikan dalam pertanyaan seperti ini: Apakah ada hubungan antara batas wilayah dengan hubungan sosial masyarakat?


6.      Ilmu politik
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari seluruh seluk beluk yang berhubungan dengan sosial. Banyak aspek yang dipelajari dalam ilmu sosiologi dimana berkait dengan kehidupan sosial, hubungan antar sesama, kekeluargaan, kasta, rumpun, bangsa, agama dan asosiasi kebudayaan, ekonomi dan organisasi politik, dari keseluruhan yang tersebut adalah pernyataan naluri dari khalayak sosial. Dapat diambil pernyataan bahwa masyarakat adalah lebih dahulu dari pada Negara. Dahulu kala Negara hidup dikalangan masyarakat dengan sendirinya, dimana Negara tersebut berlanjut hingga ratusan ribu tahun dimanapun dan bervariasi pula dalam pertumbuhan dan pengembangannya. Bahkan sampai sekarang ini dimana berbagai bangsa telah menggapai kehidupan bermasyarakat akan tetapi tidak diperkuat oleh lembaga politik. Sosiologi adalah ilmu yang terkait kuat secara keseluruhan akan proses perkembangan kehidupan manusia, dimana jangkauan dan penjamahan ilmu sosilogi lebi luas layak pesatnya pertumbuhan manusia.
Disisi lain jangkauan ilmu politik bersifat terbatas. Ilmu politik bersifat menyusun atau mengatur disiplin atau aturan, dan mengenai secara praktis dengan keistimewaan dari aspek kehidupan sosial atau phenomena politik. Sosiologi juga mempelajari sesuatu yang tidak merupakan phenomena ilmu politik, sedangkan hak yang tidak merupakan phenomena perpolitikan bersifat diluar atau terlalu sulit dijangkau dengan ilmu politik.














BAB IV
METODE PENDEKATAN DAN PEMECAHAN MACALAH SOSIAL
1.      Beberapa Pendekatan Terhadap Masalah Sosial
Karena permasalahan sosial yang terjadi sangat variatif baik jenis maupun keluasannya maka dalam pemecahannya pun diperlukan berbagai macam metoda baik itu akan digunakan secara sendiri maupun bersama atau gabungan dari berbagai macam metoda. Uraian di bawah ini akan mecoba memaparkan beberapa macam metoda pendekatan terhadap masalah sosial.
A. Pendekatan Sosiologis
Melalui pendekatan ini dicoba untuk memahami masalah sosial secara sosiologis yang dibedakan atas 4 macam pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan Agama
Pendekatan ini bersifat individual dalam arti sangat berhubungan dengan keyakinan masing-masing orang terhadap ajaran agamanya . Semakin orang yakin akan ajaran agamanya, semakin pendekatan ini effektif kegunaannya. Melalui pendekatan agama diajarkan bahwa masalah sosial timbul bila terjadi pelanggaran terhadap norma-norma agamanya. Pelanggaran terhadap norma agama akan mendapat sanksi yang kadang sifatnya sangat abstrak dan sangat tergantung kepada keyakinan para penganutnya (keyakinan tentang adanya sorga bagi yang berbuat baik dan neraka bagi orang “jahat”) Pendekatan ini lebih terasa keeffektifannya dalam kerangka preventif dengan cara penanaman nilai nilai agama sejak dini dari tiap keluarga dalam masyarakat.
b. Pendekatan Hukum
Antara pendekatan hukum an pendekatan agama ada kesamaan segi historis, dalam arti pendekatan hukum dalam memandang fenomena masalah sosial bisa bersumber pada pendekatan agama. Hanya pada pendekatan hukum biasanya ia berlaku bagi semua anggota masyarakat dimana ia bertempat tinggal dan hukum tersebut diberlakukan. Dengan demikian pendekatan hukum memandang bahwa masalah sosial terjadi bila terjadi pelanggaran terhadap norma-norma hukum dan untuk setiap pelaku pelanggaran tersebut akan dikenakan sanksi..
c. Pendekatan Jurnalistik
Dengan pendekatan jurnalistik dimaksudkan sebagai usaha penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan masalah sosial melalui tulisan-tulisan di media cetak. Melalui pendekatan ini masalah sosial diusahakan untuk dikenalkan pada masyarakat baik dalam arti masalah sosial itu sendiri maupun sebab-akibat serta cara-cara menghadapinya. Sejak abad 18 surat-surat kabar dan majalah-majalah telah menjadi bagian yang mencatat dan memaparkan ungkapan dan protes terhadap eksploitasi,korupsi dan degradasi pada masyarakat di Amerika Serikat. Pendekatan ini juga berusaha menyadarkan akan bahaya dari masalah sosial yang sedang dan akan terjadi.Sampai saat ini majalah, surat kabar masih menjadi sarana yang berharga dalam membangkitkan kesadran masyarakat akan bahaya narkoba, Prostitusi, HIV/AIDS dan masalah-masalah sosial lain.
Walaupun pendekatan ini bisa mempunyai jangkauan yang luas, sayangnya pendekatan ini hanya effektif bagi masyarakat yang mempunyai budaya baca.
d. Pendekatan Seni
Melalui pementasan dramanya para dramawan seringkali memberikan kritik sosialnya terhada pemerintahan yang telah menyimpang dari tujuannya (banyaknya terjadi koruspsi, kolusi, nepotisme dan kebobrokan-kebobrokan lain yang dilakukan oleh para aparat pemerintahan). Para musisi menciptakan lagu-lagu yang juga berisi protes terhadap situasi dunia yang jauh dari perdamaian, begitu juga yanng dilakukan para sastrawan melalui puisi atau novelnya ataupun para pelukis dengan hasil coretan di atas kanvasnya yang mencoba menuangkan ungkapan hatinya yang juga mencoba mewakili suara rakyat dalam melakukan kritik sosial biasanya terhadap pemerintah yang mulai dianggap “korup”, sehingga menimbulkan masalah sosial.
B. Pendekatan Lain
Selain pendekatan sosiologis di atas ada beberapa pendekatan lain yang dapat digunakan dalam penanganan masalah-masalah sosial seperti yang akan diuraikan dibawah ini.
a.      Pendekatan Ekologi
Yaitu suatu metode pendekatan yang yang didasarkan atas konsep dan prinsip ekologi ,dalam arti menelaah masalah sosial sebagai hasil interrelasi antara masyarakat manusia dengan lingkungannya pada suatu ekosistem . pada pendekatan ini kita tidak memisahkan komponen masyarakat manusia dari komponen lingkungannya.
Aspek-aspek yang harus diungkapkan dari komponen manusia pada pendekatan ekologi yaitu, aspek demografisnya, sosial ekonomi, sosial budaya, sosial politik; sosial geografis, sosial historis dan yang lainnya yang berpengaruh terhadap perkembangan dan perubahan lingkungan alam.
Yang mendorong terjadinya masalah sosial pada ekosistem adalah bahwa manusia berkecenderungan menyederhanakan keadaan unsur-unsur ekosistem tersebut, sehingga menjadi labil dan mudah goncang . Kegoncangan inilah yang menyebabkan terjadinya ketimpangan ekologis yang pada gilirannya dapat menimbulkan masalah sosial yang dapat mengancam kehidupan manusia. Paul R Erlich et.al mengemukakan bahwa manusia telah menjadi musuh bagi kompleks sistem ekologis yang menyebabkan tidak stabilnya suatu ekosistem.
b.       Pendekatan Pertumbuhan Eksponensial
Yaitu suatu pendekatan yang menyebutkan bahwa pertumbuhan kuantitas dan kualitas suatu benda,
Berdasarkan analisa pertumbuhan eksponensial, kita dapat mengetahui komponen mana yang terlalu cepat atau lambat pertumbuhannya dalam kerangka proses dinamikanya. Inilah yang menimbulkan ketidakseimbangan yang kemudian menimbulkan masalah .
C.  Pendekatan Sistem
Yaitu suatu pendekatan yang yang menetapkan bahwa masalah sosial tadi sebagai suatu sistem. Pendekatan sistem ini dijiwai oleh faham ekspansionisme dan cara berfikir sintetik. Ekspansionisme yaitu suatu doktrin yang mempertahankan bahwa semua benda, peristiwa, dengan segala pengalamannya merupakan bagian dari suatu kebulatan yang besar. Ekspansionisme merupakan cara lain meninjau suatu benda atau peristiwa disamping faham reduksionisme yaitu suatu doktrin yang mempertahankan bahwa semua benda dan peristiwa dengan segala perbendaharaan dan pengalamannya terbentuk dari unsur-unsur yang merupakan bagian – bagian yang tidak nampak.
Berfikir sintetik yang tidak dapat dipisahkan dipisahkan dari faham ekspansionisme yaitu cara berfikir yang didasarkan pada proses mental yang menjelaskan sesuatu dengan meninjaunya sebagai bagian dari sistem yang luas serta menjelaskannys berdasarkan peranan hal tersebut dalam sistem.
D.     Pendekatan Interdisipliner, Pendekatan Multidispliner.
Pada pendekatan ini, masalah sosial didekati, dianalisa dan dikaji dari berbagai disiplin ilmu sosial secara serentak dalam waktu yang sama. Masalah sosial yang kompleks sesuai dengan subsistem masalahnya diunngkapkan dari berbagai disiplin akademis seperti : Sosiologi, Ekonomi, Antropologi, Politik, Geografi, Psikologi, Sejarah dst, bahkan mungkin dari disiplin akademis diluar ilmu sosial.
Secara tuntas, lugas dan mendalam, antara pendekatan sistem dengan pendekatan interdisipiner masalah sosial, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pendekatan sistem yang menggunakan disiplin akademis yang jamak, disebut pendekatan interdisipliner. Sebaliknya pendekatan interdisipliner yang menetapkan suatu masalah yang sedang didekati dan sedang dianalisa sebagai suatu sistem disebut pendekatan sistem.
Mengingat pendekatan sistem yang sekaligus juga pendekatan interdisipliner yang menggunakan disiplin akademis yang jamak. Pendekatan ini dapat pula disebut sebagai pendekatan multidisipliner. Jadi, pendekatannya pada hakekatnya sama. Ditinjau dari hakekatnya,pendekatan tadi tidak asing bagi manusia, karena berdasarkan cara berfikir manusia yang multidimensional dalam mengevaluasi suatu gejala atau masalah.
Dalam mengkaji masalah sosial yang kompleks melalui pendekatan interdisipliner atau pendekatan sistem, perlu memiliki kemampuan interdisipliner dan sistem. Kemampuan tsb baik yang ada dalam diri kita, maupun kerjasama dengan berbagai keahlian dari berbagai bidang keilmuan.
Kenapa masalah pendidikan sangat sulit sekali untuk dipecahkan? Karena pemerintah salah sasaran dalam mendistribusikan bantuan, salah satunya adalah program BOS. program bos ini sebenarnya menurut pandangan kelompok kami adalah salah sasaran, artinya adalah biaya operasional tersebut tidak tertuju hanya pada rakyat miskin saja, tetapi untuk semua kalangan, baik miskin maupun kaya. Untuk siswa tidak mampu, hanya mengurangai biaya uang masuk dan spp saja. Sedangkan untuk keperluan lain seperti seragam, sepatu, alat-alat sekolah, iuran-iuran lainnya, uang sehari-hari. Pemerintah tidak memikirkan hal tersebut. Orang tua selalu berkata, untuk apa membeli keperluan seperti itu, lebih baik membeli beras untuk menyambung hidup. Pemerintah hanya menggunakan satu pendekatan masalah saja, tidak menggunakan ilmu-ilmu lainnya. Hanya tertuju pada satu disiplin ilmu, hal ini menyebabkan sebagian anak putus sekolah, kebodohan, pengemis, preman. Inilah yang disebut sebagai masalah sosial, masalah yang satu teratasi tapi timbul masalah lainnya yang lebih banyak (hilang satu, tumbuh seribu).
Dalam penyaluran biaya BOS, pemerintah hanya menghitung pada rata-rata nya saja. Artinya hanya memikirkan hasil akhir tanpa tahu prosesnya.